+ -

Pages

Senin, 18 Juni 2012

KEHENDAK TUHAN VS KEHENDAK MANUSIA (RENUNGAN)


Ingatan, badan, dan tabiat semua ditentukan oleh KEHENDAK sebagai MELODI DASAR hidup kita. Oleh karena itulah dalam agama-agama selalu dibicarakan tentang SURGA sebagai balasan untuk KEBAIKAN HATI, KEBAIKAN KEHENDAK. Tidak pernah dibicarakan tentang SURGA untuk orang yang pintar atau cerdas.


the_vitruvian_man_and_woman

Semua yang kita hadapi, awalnya tanpa label, tanpa sebutan, tanpa predikat. Tanpa bingkai sama sekali, hanyalah sebuah kejadian. Setelah kita alami, kita memberikannya sebuah bingkai. Kita melihatnya dari sudut pandang tertentu dan merasakannya dari jendela hati kita. Ada yang menyebutkannya sebagai ‘hoki’, ada yang menyebutnya ‘sial’, ‘kebetulan’, ‘saya memang selalu begini’, ‘karma’, ‘beginner’s luck’, ‘dia selalu begitu’, ‘begitulah wanita’ dan seterusnya.

Semua itu adalah bingkai yang kita berikan terhadap sebuah kejadian atau pengalaman kita. Setelah kita memberikan bingkai, atas ‘instruksi’ ini, subconscious kita mencatatnya sebagai sesuatu ‘pembenaran’. Sebagai suatu bingkai yang akan dipakai untuk berbagai kejadian dengan nature yang serupa dan sebagai penuntun ke sebuah jalur perilaku atau sikap yang dianggap subconscious sebagai yang ‘benar’ untuk kita berdasarkan bingkai tersebut.

Bingkai tertinggi dan terkuat dalam proses subconscious adalah apabila ada kata-kata seperti ‘Saya memang begitu’, ‘Dia orangnya begitu’, ‘Ya. Inilah saya’, ‘Ya, begitulah pasangan saya’, dan sejenisnya, yangmana menempatkan kejadian atau pengalaman sebagai ‘identitas’ atau jati diri.

Dengan menempelkan ke bingkai identitas, kita akan berpikir, berperilaku sesuai bingkai tersebut, atau akan merespon terhadap setiap sikap orang lain berdasarkan bingkai yang kita tempelkan kepadanya. Bagus, seandainya bingkai tersebut berguna bagi kita atau dengan bingkai tersebut kita memperoleh apa yang kita inginkan dari hidup.

Berbahaya, apabila dari bingkai tersebut yang kita peroleh hanyalah stress berlebihan, prasangka, dendam, iri, salah paham, sampai yang cukup sering terjadi: kehilangan peluang atau tidak bisa melihat pilihan lain karena kita sudah membatasi diri dengan bingkai tersebut. Seorang yang membingkai dirinya dengan identitas sebagai orang yang selalu sial akan selalu berusaha melihat, mendengar, dan merasakan dirinya sial dalam berbagi situasi.

Bahkan pada saat dia ‘beruntung’ pun, dia akan mempunyai argumentasi bahwa ini ‘bukan dia’. Dalam keadaan paling ekstrim dia seolah menolak keberuntungan tersebut karena merasa dia tidak berhak. Bukti yang paling bisa terlihat misalnya seseorang merasa bahwa dia tidak menarik. Pada saat seseorang kemudian benar-benar tertarik kepadanya, apa yang terjadi? Dia tetap saja tidak percaya diri, karena merasa tahu bahwa dia tidak menarik dan tidak pantas apabila ada yang tertarik kepadanya. And take my word for it, jika kita menghabiskan hidup kita mencari pembenaran untuk sesuatu yang kita percaya mengenai diri kita atau orang lain, kita akan menemukannya!

Seperti kata orang bijak ‘if you want to sing, you will find a song!’. Jadi Anda bisa menentukan apakah berguna bagi Anda untuk mencari pembenaran terhadap sesuatu yang pada akhirnya tidak memberikan apapun untuk kita? Bingkai yang kita berikan tidak sama dengan pengalaman atau kejadian itu sendiri. Saat berikut Anda ingin memberikan bingkai terhadap sebuah kejadian atau pengalaman Anda, baik dengan diri sendiri maupun orang lain, make sure it’s going to be a useful frame.

Yakinkan dahulu bahwa bingkai tersebut adalah positif dan akan berguna bagi Anda. Kedengarannya ‘kok repot’, dan pada awalnya memang Anda akan merasa canggung karena secara conscious berusaha memberikan bingkai terhadap berbagai pengalaman Anda. Setelah satu-dua kali, Anda akan terbiasa dan Anda akan lihat, dengar, dan rasakan bahwa hidup Anda secara perlahan tapi pasti, bergerak sesuai bingkai yang Anda berikan kepadanya. Ini karena bingkai-bingkai Anda telah memberikan instruksi kepada subconscious Anda untuk mengantarkan Anda ke kehidupan berdasarkan bingkai tersebut!

Jadi kali berikut Anda terpeleset, yang mungkin biasanya Anda langsung berkata “how clumsy I am!” atau “saya selalu kepeleset waktu terburu-buru”, lebih berguna kalau memberinya bingkai “Ups! Better be more careful next time!” atau “untung tidak ada yang lecet”. Atau pada saat ribut dengan pasangan, biasanya mungkin Anda berucap “Huh! Dia memang selalu begitu!” atau “Dia memang tidak akan pernah mengerti saya”, lebih berguna kalau memberinya bingkai seperti “Apa yang terjadi dengan dia? Saya tahu dia lebih baik dari ini” atau “Mungkin saya perlu waktu yang lebih tepat untuk berbicara” Lebih POSITIF dan lebih BERGUNA.

Jika Anda cukup sabar, YOU WILL SEE WHAT YOU BELIEVE IN YOUR FRAME. Sekarang, tinggal apakah Anda BERKEHENDAK untuk mengubah bingkai pengalaman apakah NEGATIF atau POSITIF.
Sekarang, apa hakikat KEHENDAK itu sesungguhnya? HAKIKAT MANUSIA tidak terletak pada KESADARAN atau AKAL BUDI. KESADARAN itu hanya bagian kecil dari HAKIKAT MANUSIA. Seperti kita hanya mengenal bagian kecil dari bumi, yaitu bagian paling luar yaitu kulitnya. Demikianlah kita juga hanya mengenal bagian luar dari hakikat kita yaitu KESADARAN, yang hanya merupakan kulit atau permukaan dari sesuatu yang lebih besar dan dalam. KESADARAN ITU SEPERTI PERMUKAAN LAUTAN. Keputusan-keputusan tidak berasal dari KESADARAN tetapi dari bagian dalam lautan ini.
KEPUTUSAN diambil menurut hukum-hukum yang tidak jelas, sebagai hasil dari suatu proses yang sama sekali tidak sadar seperti kita bernafas maupu proses pencernaan. Dunia batin kita, termasuk akal budi dikuasai oleh KEHENDAK. KEHENDAK adalah seperti orang buta yang kuat yang mengangkut orang lumpuh yang dapat melihat. Manusia tidak DITARIK oleh KESADARANNYA, ia justeru didorong oleh kehendak TIDAK SADAR.

Manusia didorong oleh KEHENDAK UNTUK HIDUP. Ingatan, badan, dan tabiat semua ditentukan oleh KEHENDAK sebagai MELODI DASAR hidup kita. Oleh karena itulah dalam agama-agama selalu dibicarakan tentang SURGA sebagai balasan untuk KEBAIKAN HATI, KEBAIKAN KEHENDAK. Tidak pernah dibicarakan tentang SURGA untuk orang yang pintar atau cerdas. KEHENDAK itu sangat kuat. Semua fungsi badan membutuhkan istirahat dan tidur untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dengan baik. KEHENDAK TIDAK PERNAH LELAH DAN TIDAK PERNAH TIDUR dan mengurus terus menerus tugas jantung, paru-paru dan organ manusia yang lain.

Apakah Hakikat Kehendak (irâdah) TUHAN ITU SAMA DENGAN HAKIKAT KEHENDAK TUHAN? JELAS TIDAK. Kehendak manusia TIDAK SAMA dengan kehendak (ISTILAH AGAMA: IRADAT) TUHAN. Karena, manusia terlebih dahulu mengkonsepsikan sesuatu. Meminum air, misalnya, lalu ia MEMBERI BINGKAI PENGALAMAN dan manfaat dari meminum air tersebut.

Dan setelah memastikan apa manfaat itu, keinginan dan antusias untuk melakukan tindakan meminum terwujud dalam dirinya. Dan tatkala KEINGINAN MENCAPAI PUNCAKNYA, LAHIRLAH PERINTAH UNTUK MEWUJUDKANNYA. MAKA IA PUN BERGERAK UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN TERSEBUT. Akan tetapi, kita ketahui bahwa tidak satu pun DARI KONSEPSI AFIRMASI, KEINGINAN, PERINTAH, DIRI, DAN GERAKAN ORGAN dapat dilabelkan kepada TUHAN.

Lalu, apakah maksud dari kehendak Tuhan itu? Di dalam filsafat Islam, kita akan sampai pada makna yang sesuai dengan wujud Tuhan yang sederhana; TAK TERSUSUN dan BEBAS DARI SEGALA MACAM PERUBAHAN ini. Para filsuf Islam menyimpulkan bahwa kehendak (Irâdah) Allah swt. terdiri dari dua bagian:
A. IRADAH DZATIYAH (KEHENDAK DALAM TAHAP DZAT).
B. IRADAH FI’LIYAH (KEHENDAK DALAM TAHAP TINDAKAN).

KEHENDAK DZATIYAH KEHENDAK TUHAN TAHAP DZAT adalah ilmu terhadap sistem terbaik pada ALAM PENCIPTAAN, dan kebaikan para hambanya terdapat pada ketaatan pada hukum LOGIKA. Ia mengetahui sebaik-baiknya sistem untuk alam semesta. Dan setiap ADA pada setiap tingkatan harus bersifat baru. Ilmu ini merupakan sumber ADA bagi seluruh ADA.

Dan kebaruan fenomena-fenomena yang terdapat pada setiap zaman adalah berbeda-beda. Demikian juga dari sudut pandang hukum, Dia mengetahui letak APA YANG TERBAIK bagi seluruh makhluk, dan RUH seluruh hukum adalah ilmu-Nya terhadap maslahat dan mafsadat.

KEHENDAK FI’LIYAH (PERBUATAN) TUHAN. adalah PENGADA itu sendiri dan termasuk dalam sifat PERBUATAN. Oleh karena itu, KEHENDAK TUHAN. atas penciptaan bumi dan langit adalah pengadaan bumi dan langit itu sendiri. Dan kehendak-Nya atas kewajiban manusia adalah BERIBADAH dan MENJAUHI LARANGANNYA adalah KEWAJIBAN. Sementara KEHENDAK DZATIYAH TUHAN adalah ilmu-Nya maka KEHENDAK FI’LIYAH TUHAN adalah PENGADA itu sendiri.


source : http://wongalus.wordpress.com/category/kehendak-tuhan-manusia/
5 Stupiduty: KEHENDAK TUHAN VS KEHENDAK MANUSIA (RENUNGAN) Ingatan, badan, dan tabiat semua ditentukan oleh KEHENDAK sebagai MELODI DASAR hidup kita. Oleh karena itulah dalam agama-agama selalu di...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

< >